Festival Dongzhi atau 冬至 adalah perayaan tradisional Tionghoa yang berkaitan langsung dengan fenomena alam, yakni titik balik matahari musim dingin. Peristiwa ini biasanya terjadi antara tanggal 21 hingga 23 Desember setiap tahun, ketika malam mencapai durasi terpanjang dan siang berada pada titik terpendek di belahan bumi utara. Bagi masyarakat Tionghoa, Dongzhi bukan sekadar penanda musim, melainkan momen penting yang sarat makna filosofi dan nilai kebersamaan.
Dalam kalender tradisional Tionghoa, Dongzhi menempati posisi khusus karena menandai perubahan besar dalam siklus tahunan. Setelah hari ini terlewati, durasi siang hari akan perlahan bertambah. Perubahan tersebut sejak lama dipahami sebagai pertanda kembalinya energi positif dan harapan baru setelah melewati fase terdingin dan tergelap.
Dongzhi dan Filosofi Alam
Secara ilmiah, Dongzhi adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika Matahari berada pada posisi paling selatan dari garis khatulistiwa langit. Namun dalam pandangan budaya Tionghoa, fenomena ini dihubungkan dengan konsep keseimbangan alam, yang dikenal melalui filosofi yin dan yang.
Yin melambangkan gelap, dingin, dan pasif, sementara yang melambangkan terang, hangat, dan aktif. Dongzhi dipercaya sebagai saat ketika energi yin mencapai puncaknya. Setelah itu, energi yang mulai tumbuh kembali. Karena itulah, Dongzhi kerap dimaknai sebagai titik balik, bukan akhir, melainkan awal dari proses menuju keseimbangan baru.
Pandangan ini mencerminkan cara masyarakat Tionghoa memandang alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap perubahan diyakini memiliki makna dan pelajaran tersendiri.
Sejarah Panjang Perayaan Dongzhi
Catatan sejarah menunjukkan bahwa Dongzhi telah dirayakan selama lebih dari dua ribu tahun, sejak masa Dinasti Han. Pada masa tersebut, Dongzhi bahkan diperlakukan sebagai hari besar negara. Kantor pemerintahan dan kegiatan resmi dapat dihentikan sementara agar masyarakat memiliki waktu untuk beristirahat dan merayakan bersama keluarga.
Para pejabat istana pada masa lalu melakukan upacara penghormatan kepada langit dan leluhur, memohon kedamaian, kesehatan, dan kesejahteraan untuk tahun mendatang. Tradisi ini menunjukkan bahwa Dongzhi tidak hanya berkaitan dengan alam, tetapi juga erat dengan spiritualitas dan tata kehidupan sosial.
Tradisi Dongzhi di Tiongkok
Hingga kini, perayaan Dongzhi di Tiongkok masih dijalankan dengan beragam tradisi, tergantung wilayah. Di bagian utara, masyarakat umumnya merayakan Dongzhi dengan menyantap jiaozi atau pangsit. Makanan ini dipercaya membantu tubuh menghadapi cuaca dingin dan secara simbolis melindungi dari penyakit musim dingin.
Di wilayah selatan, tangyuan menjadi hidangan utama. Tangyuan adalah bola-bola ketan yang disajikan manis, dengan isian seperti wijen hitam atau pasta kacang merah. Bentuknya yang bulat melambangkan keutuhan, keharmonisan, dan kebersamaan keluarga. Pelafalan kata tangyuan juga sering dikaitkan dengan makna reuni, sehingga makanan ini identik dengan berkumpulnya keluarga.
Selain makan bersama, masyarakat juga melakukan sembahyang kepada leluhur dan dewa pelindung keluarga. Aktivitas ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas perlindungan sepanjang tahun serta harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Dongzhi di Indonesia
Di Indonesia, Dongzhi dikenal luas dengan sebutan Hari Makan Ronde. Ronde merupakan adaptasi lokal dari tangyuan, yang biasanya disajikan dalam kuah jahe manis. Jahe dipilih karena memberikan rasa hangat dan dipercaya membantu menjaga keseimbangan tubuh.
Perayaan Dongzhi di Indonesia umumnya berlangsung dalam suasana sederhana dan kekeluargaan. Banyak keluarga Tionghoa berkumpul di rumah untuk menikmati ronde bersama. Selain itu, sejumlah komunitas dan paguyuban Tionghoa juga mengadakan acara makan bersama sebagai sarana mempererat hubungan sosial.
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, Dongzhi sering menjadi momen pengenalan budaya. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti kebersamaan, rasa syukur, dan keharmonisan, bersifat universal dan mudah dipahami oleh siapa saja.
Relevansi Dongzhi di Masa Kini
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, Festival Dongzhi tetap memiliki relevansi. Perayaan ini mengajak masyarakat untuk sejenak melambat, memperhatikan kembali hubungan dengan keluarga, serta menyadari pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam.
Dongzhi bukan hanya tentang tradisi dan makanan khas. Lebih dari itu, perayaan ini menyampaikan pesan bahwa setelah fase gelap dan berat, selalu ada fase terang yang menyusul. Sebuah pengingat sederhana namun bermakna, yang membuat Festival Dongzhi tetap hidup dan relevan hingga hari ini.



















