Latar Belakang Kejadian
Gus Elham Yahya Luqman, tokoh agama dan pimpinan Majelis Taklim Ibadallah, telah menjadi sorotan publik setelah video yang menunjukkan dirinya mencium seorang anak perempuan dalam sebuah forum pengajian viral di media sosial. Tindakan ini langsung menuai kecaman dari berbagai kalangan, dan memunculkan banyak pertanyaan mengenai etika dan norma dalam interaksi antara pendakwah dan anak-anak.
Video tersebut sudah menyebar luas, dan banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap perilaku Gus Elham. Dalam beberapa jam, berbagai unggahan yang berbentuk kolase foto dan kutipan dari video tersebut memenuhi timeline media sosial, menggambarkan betapa pentingnya isu ini bagi masyarakat.
Tanggapan Masyarakat
Reaksi masyarakat terhadap tindakan Gus Elham sangat beragam. Banyak yang merasa perlu untuk mengecamnya, dengan beberapa pengguna sosmed yang membuat kampanye online untuk menggugah kesadaran. “Seharusnya pendakwah itu melindungi anak, bukan melakukan tindakan yang merendahkan mereka,” tulis seorang pengguna dalam unggahan yang mendapat banyak perhatian.
Kecaman ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki harapan besar terhadap para tokoh agama untuk menjaga integritas dan moralitas, yang seharusnya ditegakkan dalam setiap tindakan. Kewaspadaan terhadap perilaku yang merugikan anak menjadi agenda penting di banyak diskusi publik.
KPAI Mengeluarkan Pernyataan Resmi
Menanggapi viralnya video tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) cepat mengambil langkah dengan mengeluarkan pernyataan resmi. Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menganggap tindakan Gus Elham sebagai pelanggaran serius. “Ini merendahkan martabat anak dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia,” ungkapnya.
Margaret menegaskan bahwa undang-undang yang ada di Indonesia, seperti Pasal 28B UUD 1945 dan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, seharusnya menjaga anak dari tindakan semacam ini. Dia mengingatkan bahwa perbuatan seperti ini bisa dikenakan sanksi berdasarkan UU Perlindungan Anak, yang melarang kekerasan atau tindakan cabul terhadap anak.
Rekomendasi KPAI
KPAI juga sedang menelaah indikasi pelanggaran hak anak yang terjadi akibat tindakan tersebut. Mereka berharap agar masyarakat, termasuk orang tua dan pendidik, tidak menormalisasi perilaku yang melanggar batasan sosial, terutama terkait interaksi dengan anak-anak. “Setiap interaksi harus mengedepankan etika keselamatan anak,” tegas Margaret.
Margaret dan tim KPAI berkomitmen untuk berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk memastikan pengembalian hak-hak anak yang terlanjur dirugikan. Edukasi mengenai pentingnya perlindungan anak juga akan diperkuat untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa mendatang.
Pandangan dari PBNU
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ketua PBNU, Alissa Wahid, menyampaikan kritikan tajam terhadap tindakan Gus Elham. Menurutnya, perilaku tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai dakwah yang seharusnya memberikan teladan kepada umat. “Dakwah bukan hanya soal penyampaian ajaran, tetapi juga perilaku sehari-hari,” ungkapnya.
Alissa juga menekankan bahwa tokoh agama memiliki tanggung jawab untuk menjaga martabat mereka sebagai panutan. “Setiap kiai dan tokoh agama harus berperilaku sebagai teladan dan menjaga diri dari tindakan yang bisa merusak citra agama,” tambahnya.
Kementerian Agama Mengambil Langkah
Tidak mau ketinggalan, Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’i menyatakan bahwa Kementerian Agama (Kemenag) akan meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas pendakwah. “Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Evaluasi terhadap pengawasan pendakwah harus dilakukan segera,” katanya.
Syafi’i juga mengungkapkan bahwa Kemenag telah mengeluarkan kebijakan baru yang berkaitan dengan lingkungan pendidikan di pesantren dan madrasah. “Kami ingin memastikan anak-anak yang belajar di sana mendapatkan pengalaman yang aman dan positif,” ungkapnya.
Gus Elham Menyampaikan Permintaan Maaf
Setelah serangkaian kecaman yang datang dari berbagai pihak, Gus Elham akhirnya mengeluarkan permohonan maaf melalui video yang direkam pada 11 November 2025. Dalam video tersebut, ia menyatakan penyesalannya dan berjanji untuk memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindakannya.
“Izinkan saya meminta maaf kepada masyarakat. Saya berjanji akan lebih bijaksana dalam dakwah dan menjaga interaksi dengan anak-anak,” ujarnya. Namun, sebagian publik menganggap permohonan maaf ini belum cukup untuk menghapus kesan negatif yang ditimbulkan.
Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Etika
Kasus ini membuka diskusi lebih luas mengenai pendidikan etika dalam konteks dakwah. Banyak pakar berpendapat, pendakwah perlu diasah dengan pemahaman yang baik tentang bagaimana seharusnya berinteraksi dengan anak-anak. “Kita tidak hanya perlu mendidik generasi muda tentang agama, tetapi juga tentang etika dan moral,” kata seorang akademisi.
KPAI berencana untuk mengadakan seminar dan workshop tentang perlindungan anak untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pendakwah. “Edukasi ini sangat penting agar mereka memahami risiko yang dihadapi anak-anak dan tahu cara berinteraksi yang benar,” ungkap Margaret.
Kewajiban Moral dan Sosial
Krisis ini menunjukkan bahwa perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak, termasuk orang tua, pendidik, dan tokoh agama, perlu bersatu untuk menjaga keselamatan dan martabat anak. “Kita harus melindungi generasi mendatang dari risiko tindakan tak pantas,” seru seorang aktivis perlindungan anak.
Kasus Gus Elham dapat menjadi pelajaran berharga untuk semua orang, bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Tanggung jawab moral pendakwah untuk menjadi pelindung, dan bukannya pengancam, masih tetap relevan.
Kesimpulan dan Harapan
Dengan adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak, ada harapan bahwa sistem perlindungan anak di Indonesia akan diperkuat. “Kita perlu memastikan semua anak dilindungi, dan tindakan yang merugikan mereka harus ditindaklanjuti dengan serius,” ujar seorang pengamat di bidang perlindungan anak.
Semangat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan tokoh agama diharapkan bisa mengurangi risiko pelecehan dan memastikan bahwa anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih. Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak.



















