Latar Belakang Penggerebekan
Pada tanggal 21 Oktober 2025, Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat melaksanakan penggerebekan yang mengejutkan di sebuah pabrik rumahan di Kedoya Utara, Jakarta Barat. Dalam operasi ini, polisi berhasil menyita sebanyak 3.232 butir ekstasi dengan berat total mencapai 1,7 kilogram. Penemuan ini menjadi gambaran nyata tentang peredaran narkoba yang semakin meresahkan di Jakarta.
Penggerebekan ini berawal dari penangkapan seorang kurir berinisial IS, yang ditangkap saat hendak mengirimkan bahan baku utama untuk pembuatan ekstasi, MDMA, kepada seorang pria berinisial PR di Kebon Jeruk. Dari penangkapan ini, penyelidikan polisi mengarah kepada lokasi pabrik yang kemudian berhasil diungkap.
Proses Penyelidikan yang Mendalam
Setelah menangkap IS, pihak kepolisian melakukan penyelidikan yang lebih mendalam berdasarkan informasi yang diperoleh. Tim yang dipimpin oleh Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro, bergerak cepat menuju lokasi pabrik di Kedoya Utara. Setibanya di sana, mereka menemukan enam orang yang tengah memproduksi narkoba jenis ekstasi.
Dari hasil pemeriksaan, polisi menemukan bahwa para pelaku memiliki peran masing-masing dalam proses produksi. Mereka terdiri dari PM sebagai kepala produksi, TM sebagai pengendali proses, MAF sebagai mixer, MAN sebagai mekanik dan pengemas, MA sebagai penghitung dan pengemas, dan AA sebagai pembantu dalam proses pengemasan. Penangkapan ini menunjukkan betapa terorganisirnya jaringan ini dalam menjalankan kegiatan ilegal mereka.
Penemuan Barang Bukti
Dari lokasi penggerebekan, polisi tidak hanya menyita butir-butir ekstasi, tetapi juga sejumlah barang bukti lainnya. Selain 3.232 butir ekstasi, ditemukan bahan adonan seberat 4,1 kilogram dan berbagai bahan pencampur dengan berat total antara 30 hingga 40 kilogram. Barang bukti lain yang disita termasuk dua unit mesin pencetak narkotika, satu mesin pencampur, timbangan digital, wadah aluminium, alkohol, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Dengan semua barang bukti tersebut, polisi memperkirakan bahwa jika semua bahan baku yang ditemukan diolah, jumlah ekstasi yang dapat dihasilkan bisa mencapai 80.000 butir. Hal ini menunjukkan bahwa pabrik ini memiliki kapasitas yang cukup besar untuk memproduksi narkoba dalam jumlah yang signifikan.
Profil Pelaku dan Tindak Kriminal
Dari enam pelaku yang ditangkap, tiga di antaranya adalah residivis. Satu pelaku memiliki catatan kriminal terkait narkoba dengan hukuman delapan tahun, sementara dua lainnya pernah terlibat dalam kasus narkotika sebelumnya. Kapolsek Sawah Besar, Komisaris Rahmat Himawan, menjelaskan bahwa para pelaku baru saja menyewa tempat di Kedoya Utara dan segera mempersiapkan perlengkapan untuk produksi.
Proses produksi barang haram ini baru berlangsung sekitar satu minggu sebelum penggerebekan. Ini menunjukkan betapa cepatnya mereka beroperasi dalam waktu yang singkat dan betapa seriusnya mereka dalam menjalankan bisnis ilegal ini.
Teknologi dalam Produksi Narkoba
Menariknya, para pelaku memperoleh bahan baku dan peralatan pembuatan ekstasi melalui pembelian daring. Mereka bahkan mempelajari teknik produksi melalui media sosial, yang menunjukkan bahwa teknologi dapat digunakan untuk mencapai tujuan ilegal.
Kapasitas mesin yang digunakan sebenarnya mampu mencetak hingga 5.000 butir per jam. Namun, karena bahan baku yang belum lengkap, hasil produksi baru mencapai sekitar 3.000 butir. “Hasil produksinya belum siap edar karena kualitasnya dinilai masih rendah,” kata Ajun Komisaris Mohammad Rasid, Kanit Reskrim Polsek Sawah Besar.
Ancaman Hukum yang Dihadapi
Para pelaku dihadapkan pada ancaman hukum yang serius. Mereka dijerat dengan berbagai pasal dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan pasal-pasal yang diterapkan, mereka terancam hukuman maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup. Kapolres Susatyo menegaskan bahwa kepolisian akan menindak tegas semua pelaku yang terlibat dalam jaringan narkoba ini.
Pihak kepolisian juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam membantu mengungkap aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan narkoba. “Kami memerlukan dukungan masyarakat untuk mengungkap kasus-kasus serupa di masa depan,” tambahnya.
Reaksi Masyarakat dan Dampak Sosial
Penggerebekan ini mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Banyak yang merasa lega dan mengapresiasi langkah tegas yang diambil oleh pihak kepolisian dalam memberantas peredaran narkoba. “Kami berharap polisi terus melakukan pengawasan dan menindak tegas semua jaringan narkoba,” ujar seorang warga yang mengaku resah dengan maraknya peredaran narkoba di sekitar mereka.
Dampak dari peredaran narkoba tidak hanya dirasakan oleh pengguna, tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Banyak keluarga yang hancur akibat pengaruh buruk narkoba, sehingga perlu ada kerjasama dari semua elemen masyarakat untuk memberantas masalah ini.
Upaya Berkelanjutan dalam Memerangi Narkoba
Kepolisian berencana untuk melakukan operasi serupa di berbagai lokasi lain yang dicurigai sebagai tempat produksi atau peredaran narkoba. Mereka menyadari bahwa perang melawan narkoba adalah tugas yang tidak mudah, tetapi harus terus diperjuangkan demi masa depan bangsa.
“Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk melindungi generasi mendatang dari bahaya narkoba. Kami akan terus berupaya agar Jakarta dan Indonesia bebas dari narkoba,” tambah Rahmat.
Penutup
Penggerebekan pabrik ekstasi di Kedoya Utara ini menjadi salah satu langkah penting dalam upaya memberantas narkoba di Indonesia. Dengan penangkapan pelaku dan penyitaan barang bukti yang signifikan, diharapkan dapat memberikan efek jera bagi mereka yang terlibat dalam kejahatan ini.
Kepolisian terus berkomitmen untuk menindak tegas setiap pelaku dan jaringan yang terlibat dalam peredaran narkoba, serta mengajak masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman. Perang melawan narkoba memang tidak mudah, tetapi dengan kerjasama semua pihak, harapan untuk masa depan yang lebih baik masih dapat terwujud.



















