Gerakan Stop Killing Games (SKG) akhirnya melampaui batas komunitas gamer dan masuk ke ranah politik tingkat tinggi di Uni Eropa. Dengan jumlah tanda tangan yang sudah mencapai lebih dari 1,35 juta, gerakan ini resmi mendapat perhatian dari Parlemen Eropa. Bahkan, salah satu tokoh pentingnya, Wakil Presiden Parlemen Nicolae Ștefănuță, menyatakan dukungan penuh.
Lewat akun Instagram pribadinya, Ștefănuță berkata lantang, “Saya berdiri bersama para penggagas inisiatif warga ini. Saya sudah menandatangani dan akan terus mendukung mereka. Sebuah game, setelah dijual, adalah milik konsumen, bukan milik perusahaan.” Ucapan ini kemudian disebarkan ulang oleh akun resmi SKG di X dan disambut meriah oleh para pendukungnya.
Apa sebenarnya yang diperjuangkan SKG?
Sederhana tapi fundamental. Mereka menolak praktik perusahaan game yang secara sepihak mematikan akses ke game digital yang sudah dibeli pemain. Ketika server ditutup atau game ditarik dari platform, pemain kehilangan akses — meskipun sudah membayar penuh. SKG menuntut agar setiap game yang dijual wajib tetap bisa dimainkan, bahkan jika publisher berhenti memberikan dukungan.
Gerakan ini dimotori oleh Ross Scott, kreator di balik channel Accursed Farms, yang sejak lama menyuarakan isu pelestarian game digital. Ia memanfaatkan celah kebijakan European Citizen’s Initiative untuk menekan parlemen Uni Eropa agar membuat regulasi baru. Menurut Scott, Uni Eropa adalah medan yang ideal karena cenderung berpihak pada konsumen. Ia bahkan menyebut isu video game sebagai celah kemenangan mudah bagi politisi isu ini populer, tidak kontroversial secara politik, dan bisa menarik simpati publik muda.
Dan sepertinya analisis itu tepat. Nicolae Ștefănuță bukan politisi sembarangan. Sebagai Wakil Presiden Parlemen Eropa dan perwakilan dari kelompok hijau progresif Greens/EFA, dukungannya memberi legitimasi serius terhadap gerakan ini. Ia juga mendorong warga Uni Eropa lainnya untuk ikut menandatangani petisi, yang terus meningkat jumlahnya menjelang batas akhir pada 31 Juli.
Jika parlemen Uni Eropa merespons petisi ini, bukan tidak mungkin kita akan melihat regulasi yang mewajibkan publisher game menyediakan alternatif teknis ketika server ditutup. Bisa berupa mode offline, server pribadi, atau publikasi kode agar komunitas bisa merawat game-nya sendiri. Ini bisa jadi perubahan besar dalam industri game digital, setara dengan perlindungan hak cipta atau hak refund.
Stop Killing Games bukan sekadar nostalgia atau fans yang kecewa. Ini adalah perlawanan terhadap model ekonomi digital yang menjual akses, bukan kepemilikan. Ketika game yang sudah kamu beli bisa hilang begitu saja karena keputusan bisnis, maka jelas ada yang salah. SKG hadir untuk memperbaikinya.
Kini, semua mata tertuju pada parlemen Uni Eropa. Apakah mereka akan menanggapi serius, atau justru menyerah pada tekanan industri? Yang pasti, gerakan ini telah memulai percakapan penting tentang siapa yang sebenarnya memiliki produk digital yang kita beli.