Penahanan yang Menghebohkan
Pada Selasa, 28 Oktober 2025, publik dikejutkan dengan berita penahanan Sri Purnomo, mantan Bupati Sleman yang menjabat dari tahun 2016 hingga 2021. Penahanan ini dilakukan oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman setelah ia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi dana hibah pariwisata untuk tahun anggaran 2020. Berita ini langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Sleman, terutama bagi mereka yang mengikuti perkembangan kasus ini.
Sri Purnomo ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta, yang lebih dikenal dengan nama Lapas Wirogunan. Penahanan ini dilakukan setelah penyidik Kejari Sleman menjalani pemeriksaan panjang terhadapnya selama hampir 10 jam. “Kami memeriksa Sri Purnomo dari pagi hingga sore untuk mengumpulkan semua bukti yang diperlukan,” ungkap Bambang Yunianto, Kepala Kejaksaan Negeri Sleman.
Dalam keterangan pers, Bambang menegaskan bahwa penahanan ini merupakan langkah penting dalam upaya pemberantasan korupsi di daerah. “Kami tidak akan ragu untuk menindak siapapun yang terbukti bersalah, termasuk pejabat publik,” tegasnya.
Proses Hukum yang Dijalani
Setelah penahanan, proses hukum yang harus dilalui Sri Purnomo menjadi perhatian banyak pihak. Dalam pemeriksaan, penyidik Kejari Sleman mengumpulkan berbagai bukti yang menunjukkan adanya penyalahgunaan dana hibah. “Kami menemukan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan dana tersebut, yang seharusnya digunakan untuk proyek pengembangan pariwisata,” jelas Bambang.
Sebelumnya, dana hibah pariwisata ini dialokasikan untuk meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pariwisata di Sleman, tetapi audit menunjukkan bahwa banyak proyek yang tidak dilaksanakan atau tidak berjalan sesuai rencana. “Ini jelas merugikan masyarakat dan negara,” tambahnya.
Masyarakat Sleman mulai bereaksi terhadap penahanan ini. “Kami ingin melihat keadilan ditegakkan. Jika ada yang salah, pasti ada konsekuensi,” kata Budi, salah satu warga setempat. Penegakan hukum yang transparan dan akuntabel menjadi harapan utama masyarakat agar kepercayaan terhadap pemerintah dapat terjaga.
Reaksi Berbagai Pihak
Berita mengenai penahanan Sri Purnomo mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum maupun pengamat hukum. Banyak yang menyambut baik langkah yang diambil oleh Kejaksaan Negeri Sleman dalam menanggapi kasus ini. “Ini adalah sinyal bahwa hukum berlaku untuk semua, termasuk pejabat publik,” ungkap Dr. Rina, seorang pengamat hukum.
Namun, beberapa pihak juga mengingatkan agar proses hukum ini dilakukan dengan adil. “Kami ingin melihat proses yang fair dan tidak ada intervensi dari pihak manapun,” kata seorang aktivis anti-korupsi. Penegakan hukum yang adil sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum.
Sejumlah tokoh masyarakat juga angkat bicara. “Kami berharap kasus ini bukan hanya sorotan sesaat, tetapi mendorong perbaikan dalam pengelolaan anggaran daerah,” ungkap seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya. Harapan ini mencerminkan keinginan untuk melihat perubahan yang lebih baik dalam pemerintahan.
Latar Belakang Kasus Korupsi
Kasus korupsi yang melibatkan Sri Purnomo berawal dari penggunaan dana hibah pariwisata yang seharusnya digunakan untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata di Sleman. Namun, hasil audit menunjukkan bahwa dana tersebut telah disalahgunakan. “Kami menemukan bahwa dana yang seharusnya digunakan untuk pengembangan pariwisata justru tidak sampai kepada masyarakat,” jelas Bambang.
Penyalahgunaan dana publik seperti ini dapat merugikan masyarakat secara luas. “Kami ingin memastikan bahwa setiap dana yang dialokasikan benar-benar digunakan untuk kepentingan masyarakat,” ungkap Budi. Kasus ini menjadi pengingat pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran.
Kejaksaan Negeri Sleman berkomitmen untuk melanjutkan penyidikan dan memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam penyalahgunaan dana ini dapat dimintai pertanggungjawaban. “Kami akan menindak tegas semua yang terlibat,” tegas Bambang.
Harapan Masyarakat Terhadap Proses Hukum
Dengan penahanan Sri Purnomo, masyarakat berharap agar proses hukum dapat berjalan dengan baik dan transparan. “Kami ingin melihat semua fakta terungkap di pengadilan dan semua pihak yang terlibat dimintai pertanggungjawaban,” ungkap seorang aktivis yang mengawasi perkembangan kasus ini.
Kejaksaan Negeri diharapkan dapat terus mengembangkan penyidikan ini dan tidak hanya berhenti pada satu orang saja. “Kami berharap ada tindakan lebih lanjut terhadap pihak-pihak lain yang mungkin terlibat dalam kasus ini,” ujar Dr. Rina.
Masyarakat juga bersiap untuk memberikan dukungan dalam proses hukum ini. “Kami akan terus memantau dan mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Kejaksaan,” kata seorang warga yang aktif dalam gerakan anti-korupsi.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kasus ini tidak hanya berdampak pada Sri Purnomo sebagai individu, tetapi juga pada citra pemerintah daerah Sleman. Korupsi yang melibatkan pejabat publik dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. “Kami berharap kasus ini membawa perubahan yang lebih baik dalam tata kelola pemerintahan,” kata seorang tokoh masyarakat.
Dampak sosial dari tindakan korupsi juga tidak bisa diabaikan. Dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru disalahgunakan. “Kami ingin melihat penggunaan dana publik yang lebih transparan dan akuntabel di masa depan,” tambah Budi, seorang aktivis sosial.
Masyarakat berharap agar penegakan hukum yang dilakukan dapat menjadi contoh bagi daerah lain. “Kita perlu memastikan bahwa dana yang dialokasikan benar-benar sampai kepada masyarakat dan tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu,” tutup Budi.
Penutup: Menuju Masa Depan yang Lebih Baik
Kasus penahanan Sri Purnomo menjadi momentum penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, khususnya di daerah Sleman. Dengan langkah-langkah tegas dari Kejaksaan Negeri Sleman, diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pelaku korupsi lainnya. Masyarakat juga diharapkan untuk terus berpartisipasi dalam mengawasi penggunaan dana publik agar ke depan tidak ada lagi praktik korupsi yang merugikan masyarakat.
Proses hukum yang transparan dan akuntabel menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusi penegak hukum. “Kami akan terus mendukung upaya-upaya pemberantasan korupsi demi masa depan yang lebih baik,” pungkas Bambang Yunianto, menutup konferensi pers tersebut.



















