Dalam tradisi masyarakat Hindu di Bali, banten atau sesajen merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banten tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemujaan, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya Bali.
Setiap komponen yang menyusun banten, seperti bunga-bungaan, daun-daunan, buah-buahan, dan lainnya, memiliki makna simbolik yang mendalam. Misalnya, bunga kantil melambangkan keindahan dan kesucian, sementara daun kelapa melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
Penyusunan banten juga dilakukan dengan cara yang khas, yang mencerminkan nilai-nilai budaya Bali. Banten yang berbentuk gunung melambangkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa. Sementara itu, banten yang disusun secara simetris menggambarkan keseimbangan dan harmoni.
Pembuatan banten sendiri merupakan sebuah proses yang penuh makna. Mulai dari pemilihan bahan, penyusunan, hingga penempatan banten di tempat yang telah ditentukan, semuanya dilakukan dengan penuh kesungguhan dan kesadaran spiritual. Hal ini mencerminkan nilai-nilai luhur dalam budaya Bali, seperti keselarasan, keharmonisan, dan kesucian.
Melalui banten, masyarakat Bali juga berusaha menjaga tradisi dan warisan budaya mereka. Banten menjadi salah satu cara untuk mewariskan nilai-nilai budaya Bali kepada generasi muda, sehingga identitas budaya Bali tetap terjaga dan terus berkembang.
Dengan demikian, banten tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemujaan, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya Bali. Melalui banten, masyarakat Bali berusaha menjaga keseimbangan, keharmonisan, dan kesucian dalam kehidupan, serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya Bali kepada generasi mendatang.