banner 728x250

Penangkapan Pelaku Penipuan Deepfake yang Catut Nama Prabowo

banner 120x600
banner 468x60

Pengungkapan Kasus Penipuan Deepfake

Pada 23 Januari 2025, Bareskrim Polri mengumumkan penangkapan seorang pelaku penipuan berinisial AMA (29) yang menggunakan teknologi deepfake untuk menyebarkan video palsu pejabat negara, termasuk Presiden Prabowo Subianto. Tindakan ini telah dilakukan sejak tahun 2020, dengan modus operandi menawarkan bantuan sosial palsu kepada masyarakat.

Dirtipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Himawan Bayu Aji, menjelaskan bahwa pelaku menyebarkan video yang menampilkan pejabat negara yang mengklaim memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam video tersebut, korban diminta untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan.

banner 325x300

“Pelaku mengakui telah melakukan penipuan ini sejak tahun 2020 dengan menggunakan konten video deepfake yang menargetkan sejumlah public figure di Indonesia,” ungkap Himawan dalam konferensi pers di Mabes Polri.

Modus Operandi Penipuan

Modus operandi yang digunakan pelaku cukup canggih dan memanfaatkan teknologi manipulasi gambar dan video. Mereka menciptakan video yang terlihat seolah-olah asli, dengan menampilkan Prabowo dan pejabat lainnya yang menawarkan bantuan sosial. Dalam video yang disebarkan, pelaku juga mencantumkan nomor kontak yang dapat dihubungi oleh korban.

“Banyak masyarakat yang terjebak oleh video palsu ini, dan dalam empat bulan terakhir, pelaku berhasil meraih keuntungan sekitar Rp 30 juta,” lanjut Himawan. Hal ini menunjukkan bahwa penipuan yang dilakukan oleh pelaku cukup efektif dalam menarik perhatian masyarakat.

Kepolisian juga mencatat bahwa pelaku menggunakan berbagai platform media sosial untuk menyebarkan video tersebut, sehingga jangkauan penipuan ini semakin luas. Dengan cara ini, mereka dapat menjangkau lebih banyak korban dan meningkatkan potensi keuntungan.

Upaya Penegakan Hukum

Bareskrim Polri melakukan pengungkapan kasus ini sebagai upaya untuk menjaga marwah pemerintah. Himawan menegaskan bahwa penipuan ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan pejabat negara.

“Pengungkapan kasus ini tidak hanya untuk menangkap pelaku, tetapi juga untuk menjaga kewibawaan pemerintah. Kami ingin mencegah munculnya opini negatif yang dapat merusak citra pemerintah,” ujar Himawan.

Penangkapan ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku lain yang memiliki niat serupa. Selain itu, pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas asal-usulnya.

Ancaman Teknologi Deepfake

Penggunaan teknologi deepfake dalam penipuan ini menunjukkan betapa canggihnya modus operandi yang digunakan oleh pelaku. Deepfake adalah teknologi yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memanipulasi gambar dan suara sehingga terlihat seolah-olah nyata.

“Teknologi ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, tetapi dalam konteks penipuan, ini menjadi sangat berbahaya. Masyarakat harus lebih kritis terhadap informasi yang diterima,” jelas Himawan.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, tantangan bagi penegakan hukum juga semakin besar. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan bisa lebih sadar dan waspada terhadap potensi penipuan yang memanfaatkan teknologi.

Kesimpulan

Kasus penipuan yang melibatkan teknologi deepfake ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat. Penangkapan pelaku oleh Bareskrim Polri menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam menindak tegas tindakan kriminal yang merugikan banyak orang.

Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dan skeptis terhadap informasi yang diterima, terutama yang melibatkan tawaran bantuan atau iming-iming keuntungan. Dengan langkah bersama, diharapkan penipuan seperti ini dapat diminimalisir di masa depan.

banner 325x300