“Menggugah Kesadaran: Tompi dan Tantangan Senioritas di Dunia Kedokteran”

Perhatian publik terfokus pada Tompi setelah ia mengungkapkan pandangannya mengenai fenomena senioritas yang sering kali menghambat dokter muda untuk berkontribusi secara maksimal. Tragedi meninggalnya seorang dokter peserta PPDS di Universitas Diponegoro membuka diskusi lebih luas mengenai tekanan di dunia medis yang sering kali tidak terlihat.

Tompi menyoroti bagaimana budaya di dunia kedokteran sering kali membuat dokter junior merasa harus menempatkan kepentingan senior di atas kepentingan mereka sendiri. “Ada ketakutan yang mengakar di kalangan dokter muda. Ketika mereka ingin berbicara, mereka merasa suara mereka akan diabaikan dan justru bisa menjadi bumerang bagi karier mereka,” ungkapnya.

Ia juga mencatat bahwa tidak semua tempat mengalami hal yang sama. “Masih ada banyak lingkungan yang mendukung, tetapi mereka sering kali kesulitan melawan budaya lama yang sudah berurat-berakar. Ini perlu menjadi perhatian kita semua,” jelasnya. Tompi percaya bahwa perubahan perlu dilakukan secara sistematis, dimulai dari pendidikan kedokteran itu sendiri.

Tompi mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang tidak hanya mengedepankan senioritas, tetapi juga menghormati pendapat dan suara dari setiap individu. “Kita butuh budaya yang inklusif dan suportif. Hanya dengan cara inilah kita bisa melahirkan tenaga kesehatan yang lebih baik di masa depan,” tegasnya.

Dia berharap masyarakat dapat menyadari betapa pentingnya mendengarkan dan menghargai setiap suara, terlepas dari latar belakang atau pengalaman. “Jika kita bersatu, kita bisa mengubah wajah dunia kedokteran ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.

Exit mobile version