Bitcoin Turun Lebih dari 30 Persen dan Memicu Penurunan Estimasi Kekayaan Satoshi Nakamoto
Harga Bitcoin kembali masuk dalam tren penurunan tajam. Aset kripto dengan nilai pasar terbesar ini kehilangan lebih dari 30 persen dari posisi tertingginya pada Oktober 2025. Kondisi ini membuat pasar kripto berada dalam tekanan. Dampaknya juga terlihat pada estimasi kekayaan Satoshi Nakamoto. Sosok ini dikenal sebagai nama pseudonim yang dikaitkan dengan pencipta Bitcoin. Penurunan harga membuat nilai aset yang diasosiasikan dengannya ikut menyusut dalam waktu singkat.
Bitcoin sebelumnya sempat diperdagangkan di kisaran 126.296 dollar AS per keping. Nilai tersebut setara sekitar Rp 2,1 miliar. Angka itu menjadi salah satu rekor tertinggi yang dicatat Bitcoin sepanjang tahun ini. Namun laporan BeInCrypto menunjukkan bahwa harga Bitcoin kini berada di sekitar 87.390 dollar AS atau sekitar Rp 1,45 miliar. Penurunan tidak berhenti sampai di situ. Pada Senin 24 November 2025 pantauan Coin Market Cap yang dikutip KompasTekno menunjukkan bahwa harga Bitcoin turun lagi ke level 86.802 dollar AS per keping. Sepanjang bulan November nilai Bitcoin turun sekitar seperempat dari nilai totalnya. Ini menjadi salah satu penurunan bulanan terdalam sejak gejolak industri kripto pada 2022.
Penurunan harga ini memberi pengaruh besar terhadap estimasi kekayaan Satoshi Nakamoto. Sejumlah analisis memperkirakan bahwa Satoshi memiliki sekitar 1,1 juta keping Bitcoin. Angka tersebut merujuk pada pola transaksi lebih dari 22.000 alamat awal dalam jaringan blockchain. Alamat tersebut diyakini dikendalikan oleh satu entitas. Ketika harga Bitcoin berada pada puncaknya pada Oktober lalu nilai total kepemilikan tersebut diperkirakan mencapai 138,92 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.319 triliun.
Dengan harga Bitcoin berada di sekitar 87.390 dollar AS estimasi nilai tersebut turun menjadi sekitar 96,12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.605 triliun. Perbedaan nilai itu menunjukkan penurunan sekitar 42,79 miliar dollar AS atau sekitar Rp 713 triliun dalam beberapa minggu. Penurunan ini secara teoritis membuat posisi Satoshi bergeser dari peringkat ke 11 menjadi sekitar peringkat ke 20 dalam daftar orang terkaya di dunia dan berada tepat di bawah Bill Gates. Namun daftar resmi seperti Forbes tidak memasukkan nama Satoshi karena identitasnya tidak pernah terverifikasi. Selain itu aset yang dikaitkan dengannya tidak pernah bergerak selama lebih dari 15 tahun.
Kepemilikan Bitcoin yang dikaitkan dengan Satoshi menjadi perhatian karena bersifat transparan. Teknologi blockchain memungkinkan publik memantau seluruh aktivitas wallet. Hingga saat ini tidak terlihat adanya perpindahan dari alamat tersebut. Kondisi itu memunculkan spekulasi mengenai status aset tersebut. Belum ada informasi apakah aset itu sengaja tidak disentuh apakah pemiliknya tidak aktif atau apakah akses terhadap wallet tersebut hilang.
Sejumlah analis memberikan penjelasan mengenai penyebab penurunan harga Bitcoin. Kepala riset CoinShares James Butterfill menyebut aksi jual oleh pemilik Bitcoin dalam jumlah besar atau yang dikenal sebagai whale menjadi salah satu faktor pemicu. Aksi jual skala besar seperti ini disebutkan sering terjadi setiap empat tahun. Aksi ini biasanya diikuti dengan penurunan harga yang signifikan. Ketika whale melepas aset dalam jumlah besar pasar menjadi lebih rentan karena peningkatan volume penawaran.
Selain itu analis Bloomberg Brendan Fagan menilai bahwa posisi leverage juga turut memperdalam penurunan harga. Posisi leverage merupakan strategi investasi yang menggunakan dana pinjaman untuk memperbesar nilai transaksi. Strategi ini memberi peluang keuntungan lebih besar namun juga membawa risiko kerugian tinggi. Ketika harga turun dan menyentuh batas tertentu bursa dapat menutup posisi tersebut secara otomatis. Proses ini disebut likuidasi. Likuidasi dalam jumlah besar dapat mempercepat penurunan harga dan membuat pasar lebih sensitif terhadap transaksi bernilai kecil.
Sentimen global juga memberi tekanan tambahan terhadap pasar kripto. Ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat membuat investor lebih berhati hati. Suku bunga tinggi biasanya membuat investor memilih instrumen yang dianggap lebih stabil dibandingkan aset berisiko seperti kripto. Kondisi ini menekan minat terhadap Bitcoin dan memengaruhi pergerakan harga dalam jangka pendek.
Di tengah kondisi ini sejumlah trader dilaporkan membeli proteksi penurunan harga di level 85.000 dollar AS. Permintaan tambahan juga muncul di kisaran 82.000 dollar AS. Data dari platform intelijen pasar Santiment menunjukkan bahwa sebagian pengguna media sosial khawatir harga Bitcoin dapat turun hingga kisaran 20.000 sampai 70.000 dollar AS. Namun sebagian lainnya masih optimistis bahwa Bitcoin dapat kembali menguat dan berpotensi bergerak menuju kisaran 100.000 hingga 130.000 dollar AS. Perbedaan pandangan ini menunjukkan tingginya ketidakpastian di pasar.
Indikator Crypto Fear and Greed Index mencatat skor 14. Angka tersebut menunjukkan zona ketakutan ekstrem. Analis BTC Markets Rachael Lucas menyebut indikator teknikal seperti momentum volume perdagangan dan aliran dana masih menunjukkan pelemahan. Kondisi ini membuat kepercayaan pasar terhadap Bitcoin dalam jangka pendek tertekan.
Hingga saat ini belum ada kepastian mengenai kapan harga Bitcoin akan kembali stabil. Pergerakan pasar masih dipengaruhi oleh aksi jual besar likuidasi posisi leverage dan ketidakpastian ekonomi global. Pelaku pasar diperkirakan akan terus memantau perkembangan dalam beberapa hari dan minggu mendatang untuk melihat apakah tekanan akan berlanjut atau mulai mereda. Dalam situasi seperti ini pasar berada dalam fase kehati hatian sambil menunggu arah ekonomi global yang lebih jelas.
