Jakarta – Insiden yang melibatkan Gus Miftah, seorang pendakwah sekaligus Utusan Khusus Presiden, telah menciptakan gelombang reaksi di media sosial. Dalam sebuah video yang viral, Gus Miftah terlihat memaki seorang penjual es teh di depan jemaah saat ia berdakwah di Magelang, Jawa Tengah. Tindakan ini dinilai tidak pantas dan mendapat kritik keras dari berbagai kalangan, termasuk warganet dan tokoh agama lainnya.
Kejadian ini terjadi pada 26 November 2024, saat Gus Miftah sedang memberikan ceramah. Di tengah sesi, ia memperhatikan seorang penjual es teh yang membawa dagangannya. Dengan nada yang dianggap menghina, Gus Miftah berkomentar, “Es tehmu sih akeh enggak? Ya sana jual gob*ok.” Kata-kata ini langsung memicu reaksi negatif, baik dari penjual maupun para jemaah yang hadir.
Gus Umar, seorang pendakwah dan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mengungkapkan kekecewaannya terhadap perilaku Gus Miftah. “Apa yang dia lakukan tidak mencerminkan nilai-nilai dakwah yang seharusnya kita junjung. Rasulullah tidak pernah mengajarkan kita untuk menghina orang lain,” tulisnya di akun media sosialnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa banyak pendakwah merasa harus menjaga etika dan adab dalam setiap ucapan dan tindakan mereka.
Di dunia maya, ratusan komentar mengalir mengekspresikan rasa kecewa terhadap Gus Miftah. “Dia seharusnya menjadi contoh yang baik, bukan malah merendahkan orang yang mencari nafkah dengan cara halal,” ungkap seorang warganet. Beberapa netizen bahkan menunjukkan rasa empati kepada penjual es teh yang terpaksa menahan marah dan rasa malu akibat makian tersebut.
Gus Yusuf Chudhory, sahabat dekat Gus Miftah, mencoba meredakan situasi dengan menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari cara Gus Miftah berinteraksi dengan jemaahnya. “Itu bukanlah niat untuk menghina, tetapi bagian dari guyonan. Gus Miftah sering membantu menjual dagangan jamaahnya,” katanya. Namun, penjelasan ini masih dianggap tidak cukup untuk menghapus kesan negatif yang ditinggalkan oleh insiden tersebut.
Beberapa pengguna media sosial menilai bahwa meskipun Gus Miftah memiliki niat baik, cara penyampaian yang salah dapat merusak citra dakwah. “Bercanda itu boleh, tetapi harus dalam batas yang wajar dan tidak merendahkan orang lain,” tulis seorang netizen.
Kecaman demi kecaman terus berdatangan, dan banyak yang berharap Gus Miftah dapat belajar dari insiden ini. Dalam dunia dakwah, kata-kata yang diucapkan harus dipertimbangkan dengan baik, karena dapat berdampak besar, baik bagi pendakwah itu sendiri maupun orang-orang yang mendengarkan.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa dalam menjalankan misi dakwah, penting untuk menjaga sikap dan adab, serta memperlakukan semua orang dengan hormat, tanpa memandang latar belakang atau pekerjaan mereka. Gus Miftah kini menghadapi tantangan untuk memperbaiki citranya di mata publik dan membuktikan bahwa ia layak menjadi panutan bagi banyak orang.