Tragedi yang Mengguncang
Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI AD, telah menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarganya dan masyarakat luas. Lucky meninggal pada 6 Agustus 2025 setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Keluarga menuduh bahwa ia meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya di barak.
Ayah Lucky, Sersan Mayor Christian Namo, dengan penuh emosi menyatakan, “Kami ingin keadilan untuk anak kami. Tidak ada orang tua yang siap menerima kehilangan seperti ini.” Ia berharap pihak berwenang segera menyelidiki kasus ini agar pelaku dapat diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
Luka-Luka yang Menggugah Kecurigaan
Setelah kematian Lucky, ditemukan banyak luka di tubuhnya yang membuat keluarga curiga. Christian mengungkapkan, “Tubuh Lucky dipenuhi lebam dan memar. Ada juga luka tusukan di berbagai bagian tubuhnya.” Penemuan ini semakin menguatkan anggapan bahwa kematian Lucky tidak wajar.
Keluarga pun mencoba untuk melakukan autopsi guna mengetahui penyebab pasti kematian Lucky. Namun, dua rumah sakit di Kupang, RS Tentara dan RS Polri, menolak permintaan tersebut. “Kami ingin tahu dengan jelas apa yang terjadi. Tanpa autopsi, kami tidak akan mendapatkan kebenaran,” tegas Christian. Penolakan ini membuat keluarga semakin frustrasi.
Kesaksian Ibu Lucky
Ibu Lucky, Sepriana Paulina Mirpey, juga memberikan kesaksian yang menggugah hati. Ia mengungkapkan bahwa Lucky pernah menghubunginya dan mengeluhkan perlakuan kekerasan yang dialaminya di barak. “Dia bilang kepada saya, ‘Mama, saya dipukul dan dicambuk.’ Saya sangat khawatir saat tidak mendengar kabar darinya selama dua hari,” kata Sepriana dengan suara bergetar.
Ketika Sepriana akhirnya tiba di Nagekeo, Lucky sudah dalam keadaan kritis. “Saya tidak bisa membayangkan betapa menderitanya dia. Sebagai orang tua, saya merasa sangat terpukul,” tuturnya. Sepriana berharap agar para pelaku segera ditangkap dan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Proses Investigasi yang Sedang Berlangsung
Komando Daerah Militer IX/Udayana telah memulai investigasi terkait kematian Lucky. Menurut Wakil Kepala Pendam IX/Udayana, Letnan Kolonel Infanteri Amir Syarifudin, ada sekitar 20 prajurit yang sedang diperiksa untuk memberikan keterangan. “Kami ingin memastikan bahwa semua informasi yang kami terima ditindaklanjuti,” ujarnya.
Empat prajurit telah diamankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut. “Kami menghormati proses investigasi yang sedang berlangsung. Status mereka masih dalam penyelidikan,” jelas Amir. Keluarga Lucky berharap agar semua pihak yang terlibat dalam penganiayaan anaknya diadili secara adil.
Tuntutan Keluarga yang Kuat
Keluarga Lucky menuntut agar pelaku dipecat dari dinas militer dan dijatuhi hukuman mati. “Kami tidak ingin pelaku dibiarkan bebas. Mereka harus membayar atas apa yang telah mereka lakukan kepada anak kami,” tegas Christian. Tuntutan ini bukan hanya untuk keadilan bagi Lucky, tetapi juga untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Banyak masyarakat yang memberikan dukungan kepada keluarga Lucky melalui media sosial. “Kami semua merasa kehilangan. Tidak ada lagi prajurit yang harus mengalami hal serupa,” tulis salah satu netizen. Dukungan ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat peduli terhadap kasus ini.
Evaluasi Sistem Pembinaan TNI
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana, menyatakan bahwa peristiwa ini akan menjadi bahan evaluasi bagi TNI AD. “Kami akan meninjau kembali sistem pembinaan di semua satuan agar kejadian serupa tidak terulang,” ujarnya. Wahyu menegaskan bahwa TNI tidak akan menolerir tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun.
Ia juga mengingatkan bahwa seluruh kegiatan prajurit harus dilaksanakan dengan kaidah yang bermanfaat. “Kami ingin memastikan bahwa setiap prajurit merasa aman dan dihargai dalam lingkungan militer,” ungkapnya. Harapan ini diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi semua anggota TNI.
Harapan untuk Perubahan
Keluarga Lucky berharap agar kejadian ini menjadi momentum untuk melakukan perubahan dalam sistem pembinaan TNI. “Kami ingin agar semua prajurit dilindungi. Harapan kami adalah agar kejadian ini tidak terulang,” jelas Sepriana. Perubahan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua prajurit di Indonesia.
Dukungan masyarakat dan tindakan tegas dari pihak berwenang diharapkan dapat membantu keluarga Lucky dalam memperjuangkan keadilan. “Kami ingin agar semua pihak bersatu dalam mencegah tindakan kekerasan di lingkungan militer,” kata Christian.
Penutup
Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo adalah pengingat akan pentingnya perlindungan dan keadilan bagi setiap prajurit. Keluarga Lucky menuntut agar pelaku dipecat dan dihukum mati, serta berharap agar sistem pembinaan TNI dievaluasi. Dengan dukungan masyarakat dan tindakan tegas dari pihak berwenang, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang.
Semoga tragedi ini menjadi titik balik untuk perubahan yang lebih baik dalam sistem pembinaan militer di Indonesia, sehingga setiap prajurit dapat menjalani tugasnya dengan aman dan terhormat.