Nama Bill Gates dan Mark Zuckerberg sering jadi legenda di dunia teknologi. Keduanya dianggap bukti nyata bahwa pendidikan formal bukan satu-satunya kunci menuju kesuksesan. Gates keluar dari Harvard di tahun 1975 untuk membangun Microsoft bersama Paul Allen, sedangkan Zuckerberg meninggalkan bangku kuliah pada 2004 demi mengembangkan Facebook yang lahir dari kamar asrama. Kisah ini telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia, termasuk anak muda yang bermimpi membangun bisnis sendiri.
Namun Jeff Bezos, pendiri Amazon, melihat cerita itu dengan kacamata berbeda. Ia mengingatkan agar generasi muda tidak terjebak pada romantisasi drop out. Menurut Bezos, kisah Gates dan Zuckerberg adalah pengecualian, bukan jalan yang bisa ditempuh semua orang.
Bezos dan Jalur Pendidikan Konvensional
Jeff Bezos menempuh jalur yang lebih tradisional. Ia menyelesaikan pendidikan di Princeton University pada tahun 1986 dengan gelar teknik. Selepas kuliah, ia tidak langsung mendirikan perusahaan, melainkan bekerja hampir satu dekade di sektor keuangan dan teknologi. Dari sana, ia mempelajari banyak keterampilan manajemen, analisis, hingga strategi bisnis.
Barulah pada tahun 1994, Bezos mendirikan Amazon di usia 30 tahun. Ia merasa fondasinya cukup kuat karena sudah menimba pengalaman di berbagai perusahaan. Menurutnya, menyelesaikan kuliah dan mengasah diri di dunia kerja justru memperbesar peluang sukses. Kuliah memberinya pola pikir logis, kedisiplinan, dan kemampuan menyusun strategi jangka panjang.
Bezos bahkan mengaku sangat menikmati masa kuliah. Ia percaya pendidikan membantu membentuk kepribadiannya dan mempersiapkannya menghadapi tantangan besar.
Mengapa Kisah Gates dan Zuckerberg Tidak Bisa Dijadikan Patokan
Tidak bisa dipungkiri, Gates dan Zuckerberg adalah contoh spektakuler. Gates keluar dari Harvard saat masih berusia 19 tahun untuk fokus pada Microsoft, yang kemudian menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. Zuckerberg juga mengambil keputusan berani meninggalkan kuliah demi mengembangkan Facebook yang kini dikenal sebagai Meta.
Namun, Bezos menegaskan bahwa peluang untuk berhasil dengan cara itu sangat kecil. Sebagian besar mahasiswa yang keluar dari kuliah tidak mencapai kesuksesan luar biasa. Sebaliknya, mereka kesulitan mencari jalan karier yang stabil.
Bahkan Gates sendiri ketika anaknya Phoebe mempertimbangkan untuk drop out, menyarankan agar ia tetap melanjutkan kuliahnya. Hal ini menunjukkan bahwa meski Gates pernah mengambil jalur itu, ia sadar betapa berisikonya keputusan tersebut.
Nasihat Bezos untuk Generasi Muda
Alih-alih meniru Gates dan Zuckerberg, Bezos mendorong anak muda untuk menempuh jalan yang lebih realistis. Ia menyarankan agar mereka bekerja dulu di perusahaan besar yang sudah sukses. Dengan begitu, mereka bisa belajar praktik terbaik dalam dunia bisnis, mulai dari cara merekrut orang dengan benar, mengelola tim, hingga memahami strategi perusahaan yang terbukti berhasil.
Menurut Bezos, pengalaman ini jauh lebih berharga daripada sekadar nekat mendirikan bisnis tanpa bekal. Ia yakin masih banyak waktu untuk membangun usaha setelah seseorang menguasai dasar-dasar penting tersebut. Bezos melihat bekerja di perusahaan mapan sebagai bentuk “investasi pengetahuan” yang akan sangat berguna ketika memulai perjalanan wirausaha.
Sukses Bukan Hanya Soal Usia Muda
Banyak orang percaya bahwa semakin cepat seseorang memulai bisnis, semakin besar peluang untuk berhasil. Namun Bezos menunjukkan hal berbeda. Ia baru mendirikan Amazon di usia 30 tahun, setelah matang dengan pengalaman kerja.
Pesan ini penting untuk anak muda yang sering terjebak pada ilusi cepat sukses. Kenyataannya, kesuksesan bukan hanya tentang siapa yang lebih dulu, tetapi siapa yang lebih siap. Bezos percaya bahwa membangun fondasi yang kuat melalui pendidikan dan pengalaman akan menghasilkan kesuksesan yang lebih berkelanjutan.
Meluruskan Mitos Drop Out = Sukses
Bezos ingin menegaskan bahwa sukses tanpa kuliah memang mungkin terjadi, tetapi sangat jarang. Kisah Gates dan Zuckerberg tidak bisa dijadikan standar. Banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan mereka, termasuk kecerdasan luar biasa, waktu yang tepat, akses teknologi, hingga dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
Bagi sebagian besar orang, menyelesaikan kuliah tetap menjadi pilihan terbaik. Pendidikan membuka banyak pintu kesempatan, sementara pengalaman kerja memberikan pemahaman nyata tentang dunia bisnis. Kedua hal ini menjadi kombinasi kuat untuk membangun kesuksesan yang stabil.
Penutup
Jeff Bezos, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg adalah tiga tokoh besar dengan jalur berbeda. Gates dan Zuckerberg memilih keluar dari kuliah untuk mengejar mimpinya, sementara Bezos memilih menyelesaikan pendidikan, bekerja, lalu membangun Amazon. Ketiganya sama-sama sukses, tetapi pesan Bezos sangat jelas: jangan meniru kisah drop out hanya karena terdengar heroik.
Kesuksesan membutuhkan persiapan, kerja keras, dan fondasi yang kuat. Pendidikan dan pengalaman adalah bekal terbaik yang bisa dimiliki anak muda sebelum melangkah lebih jauh. Bezos ingin generasi muda berhenti membandingkan diri dengan pengecualian, dan mulai fokus membangun jalan sukses mereka sendiri dengan cara yang lebih realistis.